Sebuah RS di Kota New York Pecat dan Memberikan Skors Kepada Tenaga Kesehatan yang Tidak Mau Divaksin Covid-19
New York - Rumah sakit (RS) di negara bagian New york city, Amerika Serikat, memecat atau menjatuhkan skorsing para tenaga kesehatan (nakes) pada Senin (27/9). Para nakes mendapat sanksi akibat menolak divaksin COVID-19.
Departemen Kesehatan New york city pada bulan lalu mengeluarkan perintah yang mewajibkan seluruh nakes divaksinasi setidaknya dosis pertama per 27 September 2021.
Dalam konferensi pers pada Senin (27/9), Wali Kota New York City Costs de Blasio mengatakan RS di kotanya belum melihat dampak besar dari mandat pemecatan/skorsing itu. Justru ia khawatir akan nasib di kota-kota New york city lain yang tingkat vaksinasinya rendah.
Kepala Kesehatan + Rumah Sakit Kota New York City Dr Mitchell Katz mengatakan 95% dari perawat telah divaksinasi dan seluruh fasilitas kesehatan berfungsi optimal.
Dari complete 43.000 nakes di 11 RS umum di Kota New York, hanya sekitar 5.000 dari mereka belum divaksinasi.
Juru Bicara Catholic Wellness, JoAnne Cavanaugh, mengatakan mereka telah mematuhi perintah pemecatan/skorsing itu. Cavanaugh menolak merinci seberapa banyak nakes yang diskors atau dibebaskan dari kewajibannya akibat alasan medis atau agama.
Ia menambahkan, rumah sakitnya terpaksa menunda sejumlah prosedur operasi terencana akibat kekurangan staf.
Sementara Pusat Kesehatan Erie Area, Buffalo, NY, harus menangguhkan prosedur operasi para pasien rawat inap dan berhenti menerima pasien ICU dari RS lain. Sebab, mereka tengah melakukan persiapan pemecatan ratusan nakes yang tidak tervaksinasi.
Juru Bicara di pusat kesehatan tersebut, Peter Cutler, mengatakan keputusannya untuk menunda sejumlah operasi tentunya akan merugikan pasien dan juga keuangan RS.
Operasi terencana pasien rawat inap mampu menghasilkan hingga 1 juta USD (Rp 14,2 miliar) per pekan.
"Kami harus mengambil keputusan di mana kami, untuk sementara, dapat melakukan beberapa perubahan sehingga kami dapat memastikan pelayanan di bagian lainnya tidak terlalu terpengaruh. Secara keuangan, ini sangat berdampak," ujar Cutler, dikutip dari Reuters.
Dorongan wajib vaksin ini merupakan upaya Presiden Joe Biden untuk meningkatkan laju vaksinasi COVID-19 di AS. Sebab, masih banyak yang menolak untuk divaksinasi atas dasar alasan keagamaan atau kesehatan.
Menurut kantor Gubernur New York Kathy Hochul, nakes yang dipecat atau menolak divaksinasi tidak akan laik untuk menerima asuransi pengangguran. Kecuali, mereka mampu menunjukkan surat resmi dokter yang merekomendasikan penyesuaian medis.
Sebelumnya, pada Sabtu (25/9) lalu, Gubernur Kathy Hochul tengah mempertimbangkan untuk mempekerjakan Garda Nasional AS dan nakes dari luar New York untuk mengisi kekurangan staf di RS. Sebab, 16% dari overall 450.000 nakes di New York belum divaksinasi dosis penuh.
Secara terpisah, pengadilan banding government pada Senin (27/9) memutuskan Kota New york city dapat memerintahkan wajib vaksin bagi expert dan staf pendidikan. Sebelumnya, keputusan soal wajib vaksin ini ditangguhkan bagi para tenaga pengajar.
Departemen Kesehatan New york city pada bulan lalu mengeluarkan perintah yang mewajibkan seluruh nakes divaksinasi setidaknya dosis pertama per 27 September 2021.
Dalam konferensi pers pada Senin (27/9), Wali Kota New York City Costs de Blasio mengatakan RS di kotanya belum melihat dampak besar dari mandat pemecatan/skorsing itu. Justru ia khawatir akan nasib di kota-kota New york city lain yang tingkat vaksinasinya rendah.
Kepala Kesehatan + Rumah Sakit Kota New York City Dr Mitchell Katz mengatakan 95% dari perawat telah divaksinasi dan seluruh fasilitas kesehatan berfungsi optimal.
Dari complete 43.000 nakes di 11 RS umum di Kota New York, hanya sekitar 5.000 dari mereka belum divaksinasi.
Juru Bicara Catholic Wellness, JoAnne Cavanaugh, mengatakan mereka telah mematuhi perintah pemecatan/skorsing itu. Cavanaugh menolak merinci seberapa banyak nakes yang diskors atau dibebaskan dari kewajibannya akibat alasan medis atau agama.
Ia menambahkan, rumah sakitnya terpaksa menunda sejumlah prosedur operasi terencana akibat kekurangan staf.
Sementara Pusat Kesehatan Erie Area, Buffalo, NY, harus menangguhkan prosedur operasi para pasien rawat inap dan berhenti menerima pasien ICU dari RS lain. Sebab, mereka tengah melakukan persiapan pemecatan ratusan nakes yang tidak tervaksinasi.
Juru Bicara di pusat kesehatan tersebut, Peter Cutler, mengatakan keputusannya untuk menunda sejumlah operasi tentunya akan merugikan pasien dan juga keuangan RS.
Operasi terencana pasien rawat inap mampu menghasilkan hingga 1 juta USD (Rp 14,2 miliar) per pekan.
"Kami harus mengambil keputusan di mana kami, untuk sementara, dapat melakukan beberapa perubahan sehingga kami dapat memastikan pelayanan di bagian lainnya tidak terlalu terpengaruh. Secara keuangan, ini sangat berdampak," ujar Cutler, dikutip dari Reuters.
Dorongan wajib vaksin ini merupakan upaya Presiden Joe Biden untuk meningkatkan laju vaksinasi COVID-19 di AS. Sebab, masih banyak yang menolak untuk divaksinasi atas dasar alasan keagamaan atau kesehatan.
Menurut kantor Gubernur New York Kathy Hochul, nakes yang dipecat atau menolak divaksinasi tidak akan laik untuk menerima asuransi pengangguran. Kecuali, mereka mampu menunjukkan surat resmi dokter yang merekomendasikan penyesuaian medis.
Sebelumnya, pada Sabtu (25/9) lalu, Gubernur Kathy Hochul tengah mempertimbangkan untuk mempekerjakan Garda Nasional AS dan nakes dari luar New York untuk mengisi kekurangan staf di RS. Sebab, 16% dari overall 450.000 nakes di New York belum divaksinasi dosis penuh.
Secara terpisah, pengadilan banding government pada Senin (27/9) memutuskan Kota New york city dapat memerintahkan wajib vaksin bagi expert dan staf pendidikan. Sebelumnya, keputusan soal wajib vaksin ini ditangguhkan bagi para tenaga pengajar.
Komentar
Posting Komentar